ngenet dapet duit disini

Powered By Blogger

Rabu, 10 Maret 2010

Melindungi Keanekaragaman Hayati Lewat Ekowisata

Tahun 2010 disepakati se-dunia, sebagai International Year of Biodiversity atau tahun Keanekaragaman Hayati. Salah satu tujuannya adalah mendorong pemerintah, organisasi maupun kelompok masyarakat untuk lebih memperhatikan keanekaragaman hayati di wilayahnya masing-masing. Tindakan berikutnya adalah melindunginya dan mencari manfaat ekonomi dari kekayaan tersebut secara bijak.

Dalam kaitan dengan Indonesia, negeri ini mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat luar biasa. Ambil contoh, dari 7 jenis penyu di dunia, 6 di antaranya ada di Indonesia. Lalu 30% dari seluruh jenis anggrek di Dunia, ada di Indonesia (sekitar 5.000-an jenis). Terumbu karang Indonesia menyumbang 18% dari seluruh terumbu karang dunia, namun coral triangle di wilayah Indonesia menyumbang 65% dari coral triangle dunia. Soal kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia, mungkin hanya Negara Brasil yang sama-sama kaya soal ini.

Namun nampaknya gaung IYB ini kurang terdengar di Indonesia. Pemerintah masih sibuk dengan program-program ekonomi, politik. Kalaupun terdengar program lingkungan dari pemerintah , adalah program tanam 1 milyar pohon. Namun ini dikritik , karena pada program sebelumnya (One Man One Tree) tidak ada mekanisme pelaporan pohon jenis apa saja yang ditanam, ditanam di mana saja, maupun berapa banyak yang mati. Dikhawatirkan program tanam 1 milyar pohon ini, nantinya hanya menjadi sebatas program dan proposal saja.

Jauh sebelum pencanangan IYB ini, justru inisiatif dari kalangan masyarakat yang lebih berperan dalam melindungi keanekaragaman hayati negeri ini. Upaya petani di pelosok Jawa Tengah dan DIY yang melestarikan varietas-varietas padi lokal. Pengelolaan hutan hujan Harapan di Sumatera, yang secara langsung melindungi flora fauna di dalamnya. Konservasi terumbu karang di Raja Ampat, Papua, lewat ekowisatanya. Contoh-contoh ini adalah bentuk kongkrit dari usaha dari unsur-unsur masyarakat untuk melakukan konservasi kekayaan alam di wilayah masing-masing.

Salah satu tantangan bagi masyarakat lokal adalah menciptakan nilai ekonomi yang bijak dari kekayaan alam yang dimilikinya. Godaan terbesar bagi masyarakat lokal untuk menghancurkan kekayaan alamnya adalah iming-iming uang yang mudah didapat. Ini terjadi pada penduduk lokal yang berada di pinggiran hutan lindung maupun konservasi. Atas nama kebutuhan hidup, akhir-nya sebagian dari mereka mau mengambil, mencuri kayu dari hutan yang selama ini mengayomi mereka. Atau kalau fenomena di perkotaan, banyak penduduk asli, yang mempunyai kebudayaanlokal, pada akhirnya mesti pindah ke pinggir kota, karena diimingi-imingi untuk menjual tanahnya.

Ekowisata saat ini menjadi salah satu solusi jalan tengah antara kepentingan konservasi dan ekonomi masyarakat pemangku kepentingan. Tentu masih ada plus minusnya, karena bila terlalu menekankan aspek ekonomi, sebuah kegiatan ekowisata pun bisa menjadi eksploitasi pada alam. Setiap daerah mempunyai permasalahan yang berbeda-beda, sehingga untuk mencari keseimbangan antara 2 tarikan kepentingan tersebut.

Karena itulah, kami pada edisi kali ini menurunkan topik tentang ekowisata. Beberapa program pemerintah maupun pendapat praktisi, kami turunkan di edisi ini. Juga laporan perjalanan di 2 lokasi ekowisata yang masih masuk di dalam wilayah Jakarta. Selamat membaca!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Forum

[URL=http://idr-clickit.com/register.php/bsoeroso.html][IMG]http://idr-clickit.com/banner1.png[/IMG][/URL]

Demo

Demo
" Salah satu bentuk aspirasi yang disampaikan melalui aksi demo Karyawan ADAM AIR "

" Situasi yang tidak seimbang sehingga masyarakat juga memberikan aspirasi lewat aksi demo "

KOMPAS.com

focusindosukses.com