ngenet dapet duit disini

Powered By Blogger

Senin, 25 Januari 2010

Trofi Piala Dunia Mampir Ke Istana


Sebelum dipamerkan kepada publik Jakarta, trofi Piala Dunia dibawa ke Istana Kepresidenan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap kehadiran trofi memotivasi bangsa Indonesia.

Trofi tersebut dibawa ke halaman kantor Presiden, kompleks Istana Kepresidenan, Jalan Veteran, Jakarta, pada Senin (25/1/2010) siang. Turut menyertai adalah sejumlah pejabat dari FIFA dan PSSI, termasuk Ketua Umumnya, Nurdin Halid.

"Kita mendapatkan kehormatan untuk kehadiran tur trofi Piala Dunia ini. Semoga peristiwa ini bisa memberikan inspirasi serta memberikan semangat dan tekad untuk meningkatkan prestasi olahraga sepakbola Indonesia," kata Presiden dalam sambutannya.

Presiden SBY percaya, kehadiran trofi yang akan diperebutkan oleh 32 negara di Afrika Selatan bulan Juni-Juli nanti itu dapat memberikan inspirasi untuk meningkatkan prestasi sepakbola.

"Saya percaya kepada PSSI, bangsa kita di masa depan bisa meningkatkan prestasi sepakbola. Insya Allah kita nanti bisa lolos ke Piala Dunia, suatu saat nanti," imbuh Presiden.

Dalam acara tersebut, Presiden SBY diberi kehormatan untuk menyentuh trofi Piala Dunia. Saat diabadikan gambarnya oleh para jurnalis, orang nomor satu Indonesia itu tampak tersenyum.

Mengenai pergelaran Piala Dunia di Afsel pertengahan tahun ini, Presiden SBY berharap agar penyelenaggaraan pesta sepakbola empat tahunan itu dapat berlangsung lancar dan sukses.

"Terimalah salah dari pencinta sepakbola di Indonesia," kata SBY.

Seusai sambutan tersebut, para jurnalis diberi kesempatan untuk berfoto dengan trofi Piala Dunia sebelum trofi setinggi 36 cm dan berat 5 kg itu dibawa pergi dari halaman Kantor Presiden.

Kamis, 07 Januari 2010

CINTA DALAM PERKAWINAN

“Aku ingin percaya bahwa cinta itu ada. Aku ingin percaya bahwa kejujuran itu nyata. Aku ingin percaya. Tetapi....” Dia berkata sambil menunduk. Di luar, langit sedang muram. Gerimis jatuh perlahan. Dan jalan sepi. Kami duduk di teras rumahnya sambil memandang ke jejeran tanaman azalea yang menghiasi pagar halamannya. Petang belum tiba, namun langit gelap. Matahari bersembunyi di balik mendung tebal. Setebal mendung di hatinya. Dan itu terjadi dua tahun lalu.

Wajahnya sedang kusut. Matanya sedang muram. Beberapa waktu sebelumnya, istrinya menghilang bersama seorang anaknya yang berumur 9 tahun. Dan setelah lama mencari kabar, istrinya mengirimkan sepucuk surat, meminta perceraian karena, tulisnya, dia tidak lagi mampu hidup dengannya. Memang, setahuku, keluarganya tidaklah bahagia. Percekcokan sering terjadi antara mereka. Keduanya memiliki sifat yang saling bertentangan. Dan keduanya pun tak bisa saling mengalah dan memahami satu sama lain. Hidup rumah tangga mereka serupa neraka saja. Namun tetap saja, peristiwa itu menjadi satu pukulan baginya.

“Apa yang harus kulakukan saat ini?” tanyanya padaku petang itu. “Apa yang harus kuperbuat? Haruskah aku menerima permintaan istriku atau aku menolaknya karena agama kami melarang perceraian? Tetapi jika kehidupan bersama kami dilanjutkan dalam suasana yang sama, tidakkah kami hanya menyia-nyiakan kehidupan kami? Tetapi bagaimana dengan anak kami? Ah, aku bingung. Aku ingin percaya bahwa cinta itu ada, tetapi......” Dia menghela napas panjang lalu menatapku tak berdaya.

Aku, sahabatnya. Aku, juga sahabat istrinya. Apa yang harus kulakukan? Saat itu aku bingung. Aku mungkin bisa memberikan hiburan dan nasehat-nasehat standar yang pernah kubaca dalam buku-buku tentang bagaimana memecahkan masalah keluarga, tetapi saat itu aku merasa semuanya takkan berguna. Hidup, yang mereka jalani bukan hidup yang kujalani. Perasaan, yang mereka alami bukan perasaan yang kualami. Dan pengalaman mereka bukanlah hanya sebuah teori di atas kertas bacaan saja. Apa yang harus kulakukan?
Saat itu, seingatku, aku hanya berkata, “cobalah untuk hidup berpisah dulu sambil merenungkan kesendirian kalian masing-masing. Tapi jangan dulu memikirkan perceraian. Jangan. Biarkan waktu mengendapkan pertikaian di antara kalian. Berdoalah dan mohonlah bimbingan Tuhan. Pergilah ke tempat-tempat dulu kalian pernah berpacaran dan nikmatilah kesendirian kalian di sana” Aku menyampaikan pendapatku tanpa rasa kepastian. Seolah hanya untuk menarik-narik waktu agar mereka dapat berpikir kembali dan tidak hanya tenggelam dalam aliran perasaan saja. Ya sering, kita hanya larut dalam perasaan tanpa mampu berpikir jernih, terutama saat sebuah ledakan peristiwa sedang terjadi. Demikianlah, malam telah tiba saat aku meninggalkannya sendirian. Hujan jatuh rintik dan aku berharap udara yang cukup sejuk mampu membuatnya berpikir jernih dan sederhana.

Dua hari lalu, saat hiruk pikuk kenaikan BBM masih terus berlangsung, aku bertemu dengannya di Mal Panakkukang. Dia dan bersama istrinya dan, anaknya serta seorang bayi yang dibopong istrinya. Kami lalu saling menyapa, lalu mereka mengundangku untuk makan bersama di sebuah resto kecil yang punya jendela kaca langsung menghadap ke panorama jalan karena resto ini terletak di atas jembatan penyeberangan Mal. Kami duduk bercerita sambil tertawa-tawa bersama. Tak nampak lagi kekusutan di wajah mereka. Bayi yang dibopong istrinya tiba-tiba menangis keras, dan istrinya kemudian sibuk mengurus bayinya, bayi mereka.
“Nampaknya semuanya kembali seperti semula” kataku padanya. “Ya, bahkan lebih baik dari semula” katanya padaku. “Apa yang telah kau lakukan sehingga istrimu kembali?” tanyaku. Dia memandangku dan tersenyum. “Pertama-tama aku mau menyampaikan terima kasih atas nasehatmu dulu. Ya, aku membiarkan semuanya mengalir saja. Tapi aku juga memikirkan segala sesuatu yang telah terjadi pada kami. Sesekali aku mengunjungi tempat-tempat kami pernah berpacaran dulu. Keindahan suasana dan perasaan kehilangan serta kesendirianku lalu membuatku berpikir. Selama ini, aku terlalu mementingkan diriku sendiri. Selama ini aku tak pernah mau memahami dirinya. Aku hanya mau percaya pada cinta dan kejujuranku sendiri, tanpa pernah percaya bahwa dia pun memiliki cinta dan kejujurannya sendiri. Aku berdoa, aku memohon pada Tuhan, dan aku mendengar suara hatiku berkata bahwa aku harus meminta maaf dan juga memaafkan segala yang telah terjadi diantara kami. Begitulah, temanku, kami lalu menyusun rencana baru, namun kali ini dengan lebih rasional. Sebab kami menyadari bahwa ternyata, jauh lebih indah untuk hidup bersama seperti dulu daripada masing-masing hanya memikirkan diri dan kepentingan kami sendiri-sendiri. Sekarang, kami bahkan sudah memiliki seorang bayi lagi hehehe....” Wajahnya cerah, senyum merekah di bibirnya dan matanya berbinar-binar. Saat itu aku merasa lega. Amat lega.

Dimanakah cinta? Dimanakah kejujuran? Di dalam kepercayaan kita satu sama lain. Di dalam doa kita kepada Tuhan. Di dalam saling pengertian dan pemahaman kita pada kehidupan ini. Kepercayaan kita terletak tidak di dalam diri kita, tetapi pada orang-orang yang kita temui di mana saja. Ya, cinta dan kejujuran hanya berarti jika kita percaya pada Tuhan dan sesama kita. Bukan hanya pada diri kita saja. Bukan pada diri kita saja. Dan aku kira, itulah gunanya kita hidup di dunia ini.

Selasa, 05 Januari 2010

5 Cara yang Praktis untuk menyampaikan Pesan yang komunikatif

Tidak jarang para karyawan kesulitan menterjemahkan apa yang dikehendaki manajernya. Khususnya ketika sang manajer sedang menjelaskan, misalnya tentang kebijakan perusahaan yang baru, peraturan pekerjaan, metode pekerjaan, dsb. Kalau itu sering terjadi maka proses pekerjaan di tingkat unit akan terganggu hanya karena ketidakjelasan informasi yang disampaikan. Karena itu manajer hendaknya mampu membangun suasana komunikatif pada saat berbicara dengan memanfaatkan tip-tip berikut:

Merebut perhatian karyawan pada awal pembicaraan. Karena itu, kalimat pertama digunakan untuk mengawali pembicaraan menjadi sangat penting. Contoh: Jika berbicara tentang pentingnya pekerjaan maka sebaiknya manajer menggunakan kalimat pertama seperti “Peraturan pekerjaan yang baru telah menyebabkan kinerja perusahaan para pesaing meningkat”. Karena itu maka para karyawan hendaknya ……… dst.

Membuat struktur pembicaraan dengan efektif, mencakup pendahuluan, kerangka pembicaraan, dan penutup: Kerangka bicara disusun secara sistematis, logis, dan efektif dan dibuat dalam butir-butir pokok pembicaraan. Jika belum terbiasa berbicara dengan hanya menggunakan butir-butir, gunakan kertas-kertas kecil (segi empat) sebagai tempat menulis poin-poin yang dianggap penting untuk disampaikan secara lengkap. Potongan kertas ini akan mengurangi kesibukan membuka halaman kertas yang lebih besar, yang biasanya akan mengganggu konsentrasi pendengar dan juga pembicara sendiri. Jika tersedia sarana OHP (sudah sangat jarang digunakan) dapat menggunakan plastik transparansi untuk menuliskan pointers pembicaraan. Jangan semuanya, nanti terkesan seperti pindahan naskah bicara. Hal yang sama juga berlaku dalam penayangan power points melalui LCD.

Menggunakan rumus ENAM POIN, 45 MENIT. Artinya, rentang perhatian kebanyakan orang [pendengar] terbatas sekitar 45 menit dan hanya mampu menyerap 6 sampai 7 poin selama waktu itu. Jadi jangan mencoba meliput terlalu banyak poin dalam satu kali berbicara

Menggunakan HUMOR, ANEKDOT atau ILUSTRASI karena akan lebih mudah diingat. Lebih baik menggunakan humor, anekdot atau ilustrasi berdasarkan pengalaman sendiri atau jika terpaksa gunakan pengalaman orang lain atau buat ilustrasi hipotetis. Alasannya, jika anekdot atau ilustrasi ini diingat oleh pendengar maka mereka pun akan ingat pesan yang disampaikan.

Libatkan karyawan dalam mengajukan pertanyaan. Gunakan benda nyata yang dapat dianalisis oleh pendengar atau memberi kesempatan mereka untuk bertanya. Karena itu manajer handaknya menstimulus karyawan dengan suatu pertanyaan umum dan karyawan meresponnya. Misalnya apa pendapat karyawan tentang peraturan baru itu. Juga dapat berupa penyajian kasus kecil dan karyawan diminta meresponnya.

Komunikasi kata-kata dilakukan langsung lewat penyampaian kata-kata. Pendekatan ini dinilai cocok-manjur karena merupakan kombinasi perpaduan keunikan antara kepribadian dan ungkapan kata-kata. Sampai saat ini, masih banyak orang yang beranggapan bahwa kemampuan seseorang di dalam mengkomunikasikan ide dan gagasan serta mempengaruhi orang lewat pembicaraan merupakan anugerah yang bersifat individual. Anggapan ini mungkin ada benarnya tapi tidak bersifat mutlak karena pada dasarnya keterampilan berbicara dapat dipelajari dan ditingkatkan tarafnya dengan berlatih. Masalahnya adalah bagaimana cara berlatih yang tepat agar kemampuan berbicara para manajer secara efektif dapat ditumbuhkan.

Forum

[URL=http://idr-clickit.com/register.php/bsoeroso.html][IMG]http://idr-clickit.com/banner1.png[/IMG][/URL]

Demo

Demo
" Salah satu bentuk aspirasi yang disampaikan melalui aksi demo Karyawan ADAM AIR "

" Situasi yang tidak seimbang sehingga masyarakat juga memberikan aspirasi lewat aksi demo "

KOMPAS.com

focusindosukses.com